Combro Salmini - Wonosobo Sebagai penghasil beragam sayuran dan produk pertanian khas daerah lereng gunung, juga kaya dengan hasil berbagai jenis ketela, salah satunya ketela pohon atau singkong. Bahkan produktifitas singkong dinilai melimpah sehingga banyak dijual ke luar daerah. Beberapa warga berkreasi mengolah singkong menjadi produk khas, diantaranya tiwul, hingga aneka keripik yang salah satunya adalah combro.
Combro banyak diproduksi pengusaha Wonosobo baik skala rumahan maupun usaha menengah. Salah satunya di dusun Pagedangan desa Tumenggungan, kecamatan Selomerto, olahan combro menjadi salah satu tumpuan ekonomi masyarakat yang menjanjikan sejak beberapa tahun ini.
Salah satu pengrajin combro di dusun Pagedangan adalah Salmini, yang sudah menggeluti usaha combro ini dari empat tahun lalu, memilih memproduksi combro sebagai usaha sampingan karena dianggap mudah dalam pembuatannya, bahan baku yang mudah di cari di sekitar dusun dan combro ini awet berbuan bulan dalam wadah tertutup. Salmini juga menganggap usaha combro ini adalah salah satu cara membantu perekonomian keluarga, Salmini dapat tetap bekerja namun tidak harus keluar dari rumah meninggalkan kewajiban sebagi istri dan seorang ibu.
Sebelumnya Salmini tidak sendiri dalam memproduksi combro, dulunya ada empat orang termasuk Salmini yang tergabung dalam kelompok usaha bersama, mereka patungan untuk modal usaha bersama, dengan modal masing masing Rp.75.000 untuk membeli peralatan dan bahan baku, usaha tersebut berjalan hingga dua tahun, namun kesibukan masing masing anggota yang kemudian membuat kelompok ini bubar tidak memproduksi lagi, Salmini yang kemudian pada akhirnya membeli peralatan produksi combro milik kelompok dengan modal anting anting emas yang dia jual demi ingin tetap menjalankan usaha combro untuk membantu suaminya yang kerja sebagai tukang kayu dan bangunan.
Hingga hari ini produksi masih stabil dengan menghabiskan 50kg singkong per produksinya, semua di kemas dalam kemasan kecil untuk di titipkan di warung warung kelontong sekitar desa, dan kemasan besar yang di titipkan di toko oleh oleh.
Persaing usaha produksi combro ini sangat banyak khususnya di desa Pagedangan, namun menurut Salmini rezeki sudah ada takarannya masing masing, dia tidak khawatir soal rezeki, yang penting menurut dia adalah ikhitiar dan doa serta tawakal kepada Yang Maha Kuasa, rezeki sudah ada yang ngatur, kita hanya sebatas berusaha, lanjutnya.
“Cara membuat combro ini sederhana, Singkong dikupas setelah itu baru dicuci. Kemudian singkong diparut dan digiling untuk mendapatkan bahan yang bagus. Setelah itu, singkong diperas supaya kandungan air hilang dan kemudian hasilnya diayak. Tambahkan bumbu dan cabe supaya rasa combronya enak. Cara cetaknya yaitu dengan meratakan bahan ke meja agar tipis dan kemudian dicetak lalu digoreng,” jelas Salmini
Pemasaran masih mencakup wilayah Wonosobo dan sekitarnya dan paling ramai saat menjelang lebaran dan libur sekolah, lanjut perempuan kelahiran Lampung 40tahun lalu ini.
harapannya semoga kedepannya usaha combronya dapat di kenal masyarakat luas dan semakin memajukan perekonomian keluarga.
Combro banyak diproduksi pengusaha Wonosobo baik skala rumahan maupun usaha menengah. Salah satunya di dusun Pagedangan desa Tumenggungan, kecamatan Selomerto, olahan combro menjadi salah satu tumpuan ekonomi masyarakat yang menjanjikan sejak beberapa tahun ini.
Salah satu pengrajin combro di dusun Pagedangan adalah Salmini, yang sudah menggeluti usaha combro ini dari empat tahun lalu, memilih memproduksi combro sebagai usaha sampingan karena dianggap mudah dalam pembuatannya, bahan baku yang mudah di cari di sekitar dusun dan combro ini awet berbuan bulan dalam wadah tertutup. Salmini juga menganggap usaha combro ini adalah salah satu cara membantu perekonomian keluarga, Salmini dapat tetap bekerja namun tidak harus keluar dari rumah meninggalkan kewajiban sebagi istri dan seorang ibu.
Sebelumnya Salmini tidak sendiri dalam memproduksi combro, dulunya ada empat orang termasuk Salmini yang tergabung dalam kelompok usaha bersama, mereka patungan untuk modal usaha bersama, dengan modal masing masing Rp.75.000 untuk membeli peralatan dan bahan baku, usaha tersebut berjalan hingga dua tahun, namun kesibukan masing masing anggota yang kemudian membuat kelompok ini bubar tidak memproduksi lagi, Salmini yang kemudian pada akhirnya membeli peralatan produksi combro milik kelompok dengan modal anting anting emas yang dia jual demi ingin tetap menjalankan usaha combro untuk membantu suaminya yang kerja sebagai tukang kayu dan bangunan.
Hingga hari ini produksi masih stabil dengan menghabiskan 50kg singkong per produksinya, semua di kemas dalam kemasan kecil untuk di titipkan di warung warung kelontong sekitar desa, dan kemasan besar yang di titipkan di toko oleh oleh.
Persaing usaha produksi combro ini sangat banyak khususnya di desa Pagedangan, namun menurut Salmini rezeki sudah ada takarannya masing masing, dia tidak khawatir soal rezeki, yang penting menurut dia adalah ikhitiar dan doa serta tawakal kepada Yang Maha Kuasa, rezeki sudah ada yang ngatur, kita hanya sebatas berusaha, lanjutnya.
“Cara membuat combro ini sederhana, Singkong dikupas setelah itu baru dicuci. Kemudian singkong diparut dan digiling untuk mendapatkan bahan yang bagus. Setelah itu, singkong diperas supaya kandungan air hilang dan kemudian hasilnya diayak. Tambahkan bumbu dan cabe supaya rasa combronya enak. Cara cetaknya yaitu dengan meratakan bahan ke meja agar tipis dan kemudian dicetak lalu digoreng,” jelas Salmini
Pemasaran masih mencakup wilayah Wonosobo dan sekitarnya dan paling ramai saat menjelang lebaran dan libur sekolah, lanjut perempuan kelahiran Lampung 40tahun lalu ini.
harapannya semoga kedepannya usaha combronya dapat di kenal masyarakat luas dan semakin memajukan perekonomian keluarga.